Ibadah yang Tergeser :
Berapa banyak dari kita yang sudah bertekad untuk tilawah sebelum tidur, tetapi akhirnya kalah oleh notifikasi yang muncul?, Berapa banyak niat tahajud yang terkubur, karena larut dalam tontonan sampai tengah malam? Inilah wajah baru dari ghaflah (kelalaian).
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Waktu luang kini lebih mudah hilang karena algoritma yang menyajikan hiburan tanpa batas. Sehatnya mata, tangan, pikiran, semua tersedot untuk hal-hal yang sebenarnya tidak perlu. Padahal waktu adalah modal menuju surga.
Jalan Keluar:
Menjadi Tuan atas Algoritma
Kabar baiknya, Islam selalu memberi panduan agar manusia tidak menjadi budak dunia. Justru manusia diminta menjadi khalifah, pemimpin yang mengatur. Termasuk mengatur alat bernama media sosial.
- Niat yang Lurus
Jika niat kita membuka medsos untuk ilmu, dakwah, dan silaturahmi, maka algoritma akan diarahkan ke sana. Sebab ia akan “belajar” dari apa yang kita tonton. - Membatasi Diri
Menetapkan waktu khusus bermedsos akan menyelamatkan hati dari ketenggelaman. Ulama klasik seperti Imam Al-Ghazali sudah mengingatkan dalam Ihya Ulumuddin: “Waktu adalah kehidupan. Jika engkau menyia-nyiakannya, maka engkau telah menyia-nyiakan hidupmu.” - Menghidupkan Syukur
Penelitian modern tentang gratitude journal menunjukkan bahwa orang yang membiasakan diri menulis hal-hal yang ia syukuri setiap hari akan lebih tenang, lebih fokus, dan lebih religius. Dalam perspektif Islam, syukur bukan hanya ucapan “alhamdulillah”, tetapi juga menjaga nikmat agar tidak dipakai dalam hal yang melalaikan.
Medsos sebagai Jalan Pahala :
Meski algoritma sering disalahkan, sebenarnya ia bisa diarahkan menjadi ladang pahala. Bayangkan seorang dai yang konsisten mengunggah konten dakwah. Algoritma akan membantu memperluas jangkauannya, sehingga lebih banyak orang tersentuh kebaikan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa menunjukkan kepada kebaikan, maka ia mendapat pahala seperti orang yang melakukannya.” (HR. Muslim)
Artinya, satu konten baik yang tersebar karena algoritma bisa menjadi amal jariyah. Masalahnya bukan pada algoritma, melainkan pada bagaimana kita menggunakannya.