TERASJABAR.ID – Memasuki tahun ke-15 penyelenggaraan, Bogasari kembali menggelar Bogasari SME Award 2025, ajang penghargaan bagi UKM berbasis tepung terigu yang dinilai paling inovatif dan adaptif terhadap perkembangan digital. Dari ratusan peserta, terpilih 10 finalis terbaik dan tiga UKM pemenang utama:
Juara 1: Papa Cookies (Sragen)
Juara 2: Home Made Bakery (Jakarta)
Juara 3: Sari Madu Bakery (Samarinda)
Vice President Marketing Bogasari, Budi Hartono, menjelaskan bahwa kesepuluh finalis merupakan hasil kurasi ketat dari empat tahap seleksi internal dan eksternal. Penilaian dilakukan berdasarkan tujuh kriteria, mulai dari kualitas produk, inovasi, strategi pasar, hingga kemampuan digital branding.
“Para finalis melakukan presentasi langsung di hadapan dewan juri, sambil membawa produk mereka untuk dinilai. Presentasi berlangsung sore hingga menjelang malam dan ditutup dengan makan bersama serta hiburan tari tradisional dari Padepokan Jugala,” ujar Budi Hartono, Jumat (12/12/2025).
Acara puncak penghargaan berlangsung di Bekasi pada Rabu (10/12/2025), setelah proses penjurian di Bandung dua hari sebelumnya. Ratusan pelaku usaha mikro dari DKI Jakarta, Banten, hingga Jawa Barat hadir memeriahkan kegiatan yang mengusung tema “Level Up UKM: Inovasi dan Digitalisasi untuk Bisnis yang Kokoh.”
119 UKM dari 19 Provinsi Ikut Serta
Tahun ini, Bogasari menerima 119 pendaftar dari 37 kabupaten dan 32 kota di 19 provinsi. Ragam produk kuliner yang dikompetisikan cukup luas, didominasi oleh roti dan pastry (56,3%), jajanan pasar (14,3%), mi dan kulit pangsit (11,8%), cake (10,1%), kue kering (4,2%), hingga keripik dan tepung bumbu (3,4%).
Selain tiga pemenang utama, terdapat tujuh nominator lain yaitu Pride Chicken (Bandung), Choco Bakery (Medan), Monica & Loren (Lampung), Mi Djoetek (Kediri), Mak Enak (Jember), Roti Gembong Gedhe (Jawa Tengah), dan Syarah Bakery (Bengkulu). Para juara dan nominator akan mendapatkan hadiah edutrip ke luar negeri serta dukungan promosi bisnis dari Bogasari.
“Penghargaan ini menjadi wujud komitmen Bogasari dalam membangun ekosistem UMKM berbasis terigu yang tangguh dan visioner. Kami menerapkan penyaringan berlapis untuk menemukan UKM yang siap tumbuh secara berkelanjutan,” tambah Budi.
Penjurian Melibatkan Tokoh Industri dan Chef Ternama
Dewan juri terdiri dari Direktur Konten Digital Kemenparekraf Yuana Rochma Astuti, Founder Adaptable Consulting Rama Syahid, dan Celebrity Chef Jenny Hendrawati, serta juri spesial Direktur Kuliner Kemenparekraf Andy Ruswar.
Menurut para juri, Papa Cookies terpilih sebagai juara pertama karena unggul merata di semua aspek penilaian—mulai dari inovasi produk, branding, digital presence, hingga model bisnis dan strategi ekspansi.
“Pesertanya luar biasa. Banyak yang masih muda, kreatif, dan jago banget di dunia digital. Ada satu peserta yang kami kira content creator berkedok jualan ayam—ternyata memang peserta Bogasari SME Award, hahaha…,” ujar Rama Syahid sambil tertawa.
Kisah Inspiratif Para Pemenang
Papa Cookies – Bangkit dari Modal Rp100 Ribu Hingga Punya 211 Cabang
Didirikan tahun 2010 oleh Eriyanto, mantan pegawai bank yang mengirimkan istrinya, Lilis Ismiansih, berlatih di Bogasari Baking Center Yogyakarta. Dari modal Rp 100 ribu dan penjualan di kantor, Papa Cookies kini berkembang menjadi jaringan bakery raksasa dengan 211 cabang di berbagai daerah.
“Terima kasih Bogasari yang terus peduli perkembangan UKM, bukan hanya lewat penghargaan ini tetapi juga edukasi rutin seperti KIAT dan pelatihan BBC,” ujar Eriyanto.
Home Made Bakery – Bertahan Sejak 1992 dengan Fondasi Belajar ke Luar Negeri
Pemiliknya, Darwin Sofjan, membangun usaha roti rumahan sejak 1992. Ia belajar membuat roti hingga ke Singapura, Jepang, dan Taiwan sebelum memulai produksi.
“Dulu kami hanya punya satu stan kecil dan 15 sales keliling naik sepeda. Sekarang ada sekitar 31 outlet di Jakarta dan sekitarnya,” cerita Darwin.
Sari Madu Bakery – Bangkit dari Kebangkrutan dengan Semangat Baru
Ricky Leonardo dan istrinya, Khalimatu Sadiah, pernah bangkrut dari usaha elektronik dan menanggung utang miliaran rupiah. Tahun 2017, mereka bangkit kembali dengan usaha roti bermodal sekitar Rp 70 juta.
“Alhamdulillah, saat pembangunan IKN, pesanan meningkat pesat. Enam bulan lalu utang kami lunas, dan kini kami punya dua outlet serta bersiap membuka cabang baru,” ujar Khalimatu saat mempresentasikan bisnisnya.
ADVERTISEMENT











