TERASJABAR ID – Sebanyak 116 santri Pondok Pesantren (Ponpes) Nurrush Sholaah, Kec. Cimanggung, Kab. Sumedang, keracunan makanan. Catering penyedia makanan atau dapur masak kini jadi sorotan. Berdasarkan informasi yang dihimpun, dapur catering tersebut berada di wilayah Kec. Cikancung, Kab. Bandung.
Aparat kepolisian dan Dinas Kesehatan telah turun tangan melakukan penyelidikan. Insiden ini terjadi setelah para santri menyantap makanan catering seusai kegiatan pesantren pada Kamis (18/12/2025) malam.
Meski makanan tersebut sudah datang sebelum acara, baru dikonsumsi sekitar pukul 22.00 WIB. Selang beberapa jam kemudian, satu per satu santri mulai mengeluhkan gangguan kesehatan.
Kapolsek Cimanggung, Kompol Aan Supriatna, menjelaskan, gejala keracunan mulai dirasakan pada Jumat dini hari sekitar pukul 04.00 WIB. Hingga siang hari, jumlah korban terus bertambah sehingga pihak pesantren dan aparat terpaksa melakukan evakuasi ke sejumlah rumah sakit.
“Total santri yang terdampak mencapai 116 orang. Sebanyak 61 di antaranya dirujuk ke lima rumah sakit di wilayah Cimanggung, Jatinangor, hingga Cicalengka. Sisanya dirawat di pesantren dengan pengawasan tenaga medis,” ujar Aan, Sabtu (20/12/2025).
Menurut Aan, Rumah Sakit Kesehatan Kerja (RSKK) Rancaekek, Kab. Bandung, menjadi rumah sakit yang paling banyak menerima pasien, yakni 42 orang.
Polres Sumedang, kata Aan, menurunkan tim Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (INAFIS) usai kejadian keracunan 116 santri yang terjadi di Pesantren Nuurush Sholaah tersebut.
Aan menegaskan, kejadian ini tidak berkaitan sama sekali dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG) karena pesantren tidak menerima program tersebut.
Yakin ini bukan dari MBG karena pesantren ini memang tidak menerima makanan dari program tersebut,” ujarnya.
Selain itu, Aan juga menyampaikan bahwa menu makanan yang dikonsumsi para santri pada malam kejadian terdiri dari nasi, kentang kering, telur pedas, sambal, dan ayam yang berasal dari catering di wilayah Cikancung.
Sementara itu, Kepala Seksi Pelayanan RSKK, dr. Lucky Noviathie, menyebut pasien datang hampir bersamaan mulai sore hari. “Kondisi yang dialami pasien umumnya diare, muntah, dan pusing. Dari 42 pasien, 37 merupakan santri dan lima lainnya warga yang ikut mengonsumsi makanan catering tersebut,” katanya.
Selain RSKK, para korban juga dirawat di RS Unpad Jatinangor, RS AMC Cileunyi, RS Harapan Keluarga Cipacing, serta RSUD Cikopo Cicalengka. Sejak Jumat siang hingga malam, ambulans tampak keluar-masuk area pesantren untuk membawa santri yang membutuhkan penanganan lanjutan.
Pihak kepolisian memastikan makanan katering yang dimasak di Cikancung telah diamankan dan sampelnya dikirim ke laboratorium untuk diperiksa. Penelusuran dilakukan guna mengetahui apakah terdapat kelalaian dalam proses pengolahan maupun penyimpanan makanan.
Camat Cimanggung Agus Wahyudin menegaskan bahwa makanan tersebut bukan bagian dari program Makan Bergizi Gratis (MBG). “Ini murni bantuan dari pihak luar pesantren. Saat ini masih dalam pendalaman oleh tim inafis dan dinas terkait,” ujarnya.
Hingga saat sebagian besar santri dilaporkan mulai berangsur membaik. Meski demikian, pengawasan kesehatan tetap dilakukan sambil menunggu hasil pemeriksaan laboratorium terhadap katering asal Cikancung yang diduga menjadi sumber keracunan.
Berdasarkan informasi dari pihak pesantren pasien di RSKK yang keracunan hingga saat ini belum pindah ke ruang rawat inap dan masih menempati IGD serta ruangan lainya.*

















