TERASJABAR.ID – Insiden keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali terjadi, kali ini menimpa puluhan siswa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Kabar terbaru sebanyak 81 siswa dan guru dari dua sekolah, yaitu MAN 1 Cianjur dan SMP PGRI 1 Cianjur, dilaporkan mengalami gejala keracunan setelah menyantap makanan dari program tersebut pada Senin, 21 April 2025. Kejadian ini menambah daftar panjang masalah dalam pelaksanaan program unggulan pemerintah, memicu kekhawatiran masyarakat terhadap keamanan pangan di sekolah.
Kronologi Kejadian
Kejadian bermula ketika sekitar 800 siswa MAN 1 Cianjur menyantap menu MBG pada pukul 12.00 WIB. Menu yang disajikan terdiri dari nasi, mi goreng, ayam suwir, tempe mendoan, dan semangka.
Namun, mulai pukul 14.30 WIB, sejumlah siswa mengeluhkan gejala seperti pusing, mual, muntah, sakit perut, hingga diare.
Sembilan siswa awalnya dirawat di Unit Kesehatan Sekolah (UKS) sebelum akhirnya dirujuk ke rumah sakit. Hingga malam hari, total 38 siswa MAN 1 Cianjur dirawat di RSUD Sayang Cianjur dan RS Bhayangkara, sementara lainnya menjalani perawatan di puskesmas atau di rumah.
Di waktu yang sama, 23 siswa SMP PGRI 1 Cianjur juga mengalami gejala serupa setelah menyantap menu MBG. Kepala Sekolah SMP PGRI 1 Cianjur, Rika Mustikawati, mengungkapkan bahwa tiga guru juga turut merasakan gejala ringan. “Awalnya kami kira masuk angin karena cuaca dingin, tapi kemudian banyak siswa yang muntah-muntah,” ujar Rika. Hingga Selasa, 22 April 2025, lima siswa SMP PGRI 1 Cianjur masih dirawat di RSUD Sayang Cianjur, dan tujuh lainnya diobservasi di puskesmas.
Trauma dan Respons Orang Tua
Insiden ini meninggalkan trauma mendalam bagi para siswa. Seorang orang tua siswa kelas XII MAN 1 Cianjur, yang enggan disebutkan namanya, mengaku anaknya kini menolak menyantap jatah MBG. “Mungkin karena perasaan sakit saat keracunan, mual dan mules-mules, anak saya kapok dan tak mau makan MBG lagi,” tuturnya. Trauma serupa juga dialami keponakannya yang masih dirawat di RS Bhayangkara. Banyak siswa kini memilih membawa bekal dari rumah untuk menghindari risiko serupa.